Bulukumba (15/9) – Kondisi sampah plastik sudah rapuh dan mudah pecah menjadi mikroplastik karena terendam air dan terpapar panas matahari yang sangat terik. Selain botol dan gelas plastik, sampah sterofoam, popok, sandal dan tali tampar nelayan juga banyak ditemukan. Sampah plastik ini menjadi sumber kontaminasi miroplastik di laut dan meracuni rantai makanan yang menjadi sumber makanan dan mata pencaharian masyarakat.
Banyaknya sampah kemasan botol dan gelas plastik menunjukkan konsumsi air kemasan yang sangat tinggi, padahal kualitas air di mata air, air sumur dan air permukaan sungai balantieng masih layak untuk dikonsumsi.
Khaera Mufliha, siswa SMPN 10 Bulukumba mengatakan “Senang sekali bisa berkegiatan bersih-bersih pantai Babana. Saya mendapatkan ilmu baru lagi. Meski panas, saya tetap menikmatinya. Saya tidak ingin pencemaran mikroplastik semakin banyak. Saya juga mengajak teman-teman untuk membawa botol minum sendiri dari rumah pada kegiatan ini.”
Masyarakat perlu mengurangi konsumsi air kemasan plastik dan menerapkan kembali budaya minum air dari ceret atau teko dengan cangkir atau gelas pakai ulang yang sejak dulu menjadi kebiasaan masyarakat setempat.
Pemda Bulukumba perlu membuat aturan pembatasan plastik sekali pakai untuk mencegah kebocoran sampah ke sungai dan laut. Semua desa perlu menjalankan sistem pengumpulan sampah terpilah dan mengoperasikan tempat pengolahan sampah tps3r di tiap desa agar masyarakat tidak lagi buang sampah ke sungai dan laut.
Pencemaran mikroplastik juga dapat mencemari produksi ikan dan rumput laut dan menjadi sumber masuknya mikroplastik ke dalam tubuh manusia. Mikroplastik mengandung bahan kimia plastik seperti ftalat, stirena, bisfenol, pfas dan logam berat yang dapat mengganggu sistem hormon, menurunkan fertilitas, hingga memicu kanker.
“Melalui kegiatan bersih-bersih pantai ini adalah pintu masuk pembelajaran kepada siswa kami untuk menyadari sampah adalah musuh bersama. Ketika sampah-sampah tidak terkelola dengan baik, maka dia akan mencemari lingkungan melalui mikroplastik. Ke depannya gerakan-gerakan pengurangan plastik sekali pakai akan kami bangun di sekolah.” Ujar Erniati Saleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
SMP Negeri 10 Bulukumba berkomitmen menjadi sekolah ekologis dengan membentuk kelompok pelajar peduli lingkungan yang mengedukasi warga sekolah dan masyarakat kurangi plastik sekali pakai, membuat kantin sehat tanpa sachet dan melakukan pembersihan sampah di lingkungan sekitar sekolah.
Pengurangan sampah plastik perlu dilakukan secara masif untuk mencegah polusi plastik semakin mengotori sungai dan pantai di das balantieng. Upaya pengurangan adalah prioritas pertama dalam pengelolaan sampah karena membatasi sampah akan menghindarkan kita dalam menangani sampah yang sulit diolah dan butuh biaya yang sangat besar dalam pengumpulan dan pengolahannya. (*)