Rabu (24/5) Dinas Lingkungan Hidup kota probolinggo menyelenggarakan sosialisasi dampak penggunaan kemasan plastik sekali pakai, manajer divisi edukasi Ecoton Mohammad Alaika Rahmatullah memaparkan materi tentang Jawa timur terkepung mikroplastik akibat massifnya penggunaan plastik sekali pakai. Peserta kegiatan sosialisasi ini adalah para pelaku usaha di kota probolinggo, mulai dari warung makanan, hotel, restoran cepat saji hingga toko bahan pokok. Kegiatan sosialisasi ini merupakan langkah awal untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
Alek yang merupakan sapaan akrab manajer divisi edukasi Ecoton menjelaskan bahwa penggunaan plastik sekali pakai menimbulkan banyak dampak negatif khususnya menurunkan kualitas kesehatan tubuh manusia. Plastik dibentuk dari resin minyak bumi yang kemudian dicampurkan bahan kimia sebagai penyempurna fungsi plastik, tetapi bahan kimia tambahan tersebut justru malah menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Sampah plastik yang tercecer di lingkungan akan terpecah menjadi mikroplastik,
Mikroplastik adalah remahan atau pecahan plastik dengan ukuran mikro atau kurang dari 5 mm. Mikroplastik ini tidak terlihat secara langsung dengan mata telanjang, jadi harus menggunakan mikroskop. Mikroplastik sudah banyak ditemukan di air, ikan, udang, kepiting, udara bahkan sudah ditemukan di feses dan darah manusia. Hal tersebut merupakan bentuknya pencemaran sampah plastik membahayakan kesehatan tubuh makhluk hidup khususnya manusia. Banyak masyarakat yang tidak peduli dengan dampak negatif sampah plastik (mikroplastik) karena dampaknya tidak bisa secara langsung di rasakan, Dampak tersebut dapat dirasakan secara signifikan pada 5-10 tahun yang akan datang. Ftalat dan bisphenol A adalah contoh senyawa kimia penyusun plastik yang dapat merusak hormon dlm tubuh makhluk hidup khususnya hormon reproduksi. Selain itu mikroplastik dalam jangka panjang merusak metabolisme tubuh manusia sehingga fungai organ dalam tubuh terganggu dan menyebabkan penyakit berbahaya misalnya kanker, diabetes melitus dll.
“Plastik tidak semestinya digunakan sebagai pembungkus makanan dan minuman, apalagi dalam keadaan panas atau terkena panas dari luar, karena ketika plastik terkena suhu panas, plastik akan terdegradasi menjadi mikroplastik selain itu senyawa racun pada plastik dapat lepas dan menempel pada makanan atau minuman” Tutur Alek manajer divisi edukasi Ecoton.
Dinas Lingkungan Hidup Kota probolinggo menekankan para pelaku usaha untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai di warung, hotel dan toko nya, minimal kantong kresek sekali pakai. Bu Lina Salah satu staff DLH Kota Probolinggo sekaligus Sebagai moderator dalam sosialisasi ini menyadari bahwa pesisir mayangan dan sungai di dekatnya tercemar oleh sampah plastik, banyak popok sekali pakai, botol plastik sekali pakai, ditambah lagi warna sungainya sudah hitam dan berbau karena sering dibuangi limbah oleh masyarakat, maka untuk mengatasi hal tersebut harus ada kerjasama oleh seluruh elemen masyarakat.
Diharapkan setelah sosialisasi ini selesai, para pelaku usaha mengimplementasikan pengurangan plastik sekali pakai di warung, hotel dan toko nya, dan sama sama ikut mengedukasi masyarakat (pembeli) untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. DLH Kota probolinggo menekankan para pelaku usaha untuk tidak lagi menggunakan styrofoam dan plastik sekali pakai untuk wadah makanan karena berbahaya bagi kesehatan.
“Harapannya ada kesepakatan bersama para pelaku usaha secara menyeluruh untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, khususnya kantong kresek, karena penggunaan plastik lebih banyak bahaya nya daripada keuntungannya, maka lebih baik untuk dihindari, disarankan untuk pelaku usaha sedikit demi sedikit menerapkan refil store dan menyediakan wadah guna ulang daripada plastik sekali pakai” imbuh Alek
DLH Kota probolinggo menambahkan dalam mendapatkan suatu lingkungan yang bersih dan sehat maka kita sebagai manusia dan pelaku usaha harus mempunyai kemauan dan niat dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, memang tidak bisa 100% setidaknya kita mengurangi penggunaan plastik sekali pakai misalnya kantong kresek, styrofoam, sedotan sekali pakai, botol plastik sekali pakai dan popok sekali pakai.