SIDOARJO– Sepanjang Maret 2023, Jamrud Irfan Maulana, mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang yang tergabung dalam komunitas CAPYBRANTAS (KOMUNITAS PEDULI BRANTAS) melakukan penelitian di Kali Pelayaran, sungai yang menjadi bahan baku PT. Taman Tirta di Tawangsari. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel sedimen dasar sungai Pelayaran di tiga Lokasi, salah satunya di Tawangsari. Ditemukan setidaknya ada 7.960 partikel mikroplastik/kg di sedimen dekat water intake PT. Taman Tirta. Mikroplastik di sungai akan memasuki rantai makanan melalui cacing, ikan dan tubuh manusia padahal mikroplastik merupakan senyawa pengganggu hormon yang bisa memicu terjadinya kelainan genetik, gangguan reproduksi dan kanker.
“Mikroplastik disungai akan mengganggu kesehatan manusia karena Kali Pelayaran dimanfaatkan untuk bahan baku air olahan PT. Taman Tirta bekerjasama dengan PDAM Delta Tirta Sidoarjo untuk memasok kebutuhan air minum dan industri bagi 2,3 juta penduduk sidoarjo. Pemanfaatan lain, banyak pencari cacing untuk pakan ikan dan juga budidaya ikan nila. Hal ini dapat mempengaruhi rantai makanan karena mikroplastik dapat termakan cacing, ikan hingga meracuni manusia. Perlu dilakukan pengendalian sumber mikroplastik agar jumlah mikroplastik di sungai berkurang” ujar Jamrud Peneliti Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.
Kali Pelayaran memiliki berbagai sumber pencemar yang berasal limbah industri, pemukiman, limbah pertanian dan aliran dari anak sungai brantas. Pemukiman juga menyumbang sampah yang utamanya adalah sampah rumah tangga sebagian besar berasal dari kegiatan masyarakat yang buang air besar, mandi, mencuci pakaian di sungai, dan membuang sampah plastik langsung ke sungai. Penggunaan plastik yang telah berlangsung sangat lama dapat rusak oleh lingkungan luar melalui aliran air dan panas matahari. Menyebabkan perubahan ukuran sampah plastik menjadi mikroplastik.
Temuan Mikroplastik
Identifkasi yang telah dilakukan pada 3 titik lokasi Kali Pelayaran yaitu Hulu di Desa Penambangan, Tengah di Desa Tempel, Hilir di Desa Tawangsari. Pengambilan sampel sedimen menunjukkan bahwa seluruh sampel terkontaminasi mikroplastik. Tercatat ditemukan 4 jenis mikroplastik di air Kali Pelayaran, diantaranya jenis fber, fragmen, filamen dan microbeads. Mikroplastik jenis fragmen memiliki sifat yang kaku, keras, terdiri dari banyak warna, dan massa jenis partikelnya cenderung tinggi. Filamen merupakan jenis mikroplastik yang mempunyai sifat halus dan mudah berpindah saat pengamatan. Fiber dapat ditandai dengan bentuk seperti benang dengan lebar ujung ke ujung terlihat sama. Microbeads merupakan jenis mikroplastik sekunder yang umumnya dibuat di pabrik untuk kebutuhan industri seperti scrub, deterjen dan pasta gigi ditemui dengan bentuk bulat dan cenderung rata pada sisi yang lain. Jumlah mikroplastik di seluruh lokasi pengambilan sampel memiliki presentase yang tersaji dalam Fragmen dan Fiber merupakan jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan masing-masing sebanyak 1.249 partikel, Kedua adalah filamen 409 yang menjadi mikroplastik dengan jumlah paling rendah, yaitu microbeads 10 partikel.

”Mikroplastik yang ditemukan pada sampel dihitung kelimpahanya dan ditemukan rata-rata 6.682 partikel/kg sedimen. Bagian hulu berlokasi di Desa Penambangan sebanyak 5.740 partikel/kg. Bagian Tengah di Desa Tempel ditemukan sebanyak 7.800 partikel/kg. Tertinggi pada bagian hilir di Desa Tawangsari dekat PDAM ditemukan 7.960 partikel/kg. Mikroplastik jenis fiber banyak ditemukan dengan bentuk seperti benang kaku banyak berasar dari kain sisntesis dan sampah jaring, atau pancing” Ungkap Jamrud Peneliti Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.
Ancaman Mikroplastik
Mikroplastik dapat mengikat logam berat berupa Pb (timbal), Mn (mangan), Fe(besi), Cr (cromium), Cd (cadmium). Sumber logam berat dapat berasal dari industri sekitar kali pelayaran ataupun masukan anak Sungai Brantas. Logam berat dapat termakan biota dan terakumulasi pada tubuh manusia. Efeknya dapat menyebabkan kaknker, kelainan genetik (bayi cacat) dan terganggunya metabolisme tubuh. Sumber limbah pertanian sebrang Kali Pelayaran juga dapat memperburuk kualitas air. Akumulasi mikroplastik di tubuh dapat menyebabkan potensi berbahaya bagi kesehatan manusia. Antara lain:
Secara Fisik, konsumsi mikroplastik secara terus menerus akan mengakibatkan terendap dipermukaan jaringan. Hal ini dapat memicu alergi bahkan lebih jauh lagi dapat memicu pembentukan sel kanker akibat kerusakan sel-sel pada tingkat tertentu.
Secara Kimiawi, dapat melepaskan zat-zat kimia dan mentransfernya kedalam sel tubuh. Seperti BPA dan Phthalate yang berpotensi memicu kanker payudara, pubertas dini, diabetes, obesitas dan gangguan autism. Senyawa Pengganggu Hormon (EDC) memicu gangguan kehamilan, gangguan tiroid, berat lahir kurang, asma dan kanker prostat. Senyawa Penghambat Nyala memicu penurunan IQ, gangguan hormon dan penurunan kesuburan. Senyawa Perflourinasi memicu kanker ginjal dan testis, menaikkan kolesterol, penurunan respon imun pada anak.
Secara Biologi, mikroplastik memiliki kemampuan mengikat apa saja disekitarnya termasuk polutan yang kotor sekalipun. Namun ternyata hal ini juga berpotensi sebagai media pertumbuhan mikroorganisme bahkan bakteri pathogen seperti E.coli yang dapat menyebabkan diare, S.typhosa yang dapat menyebabkan tipes dan bakteri pathogen lainnya. Sehingga bisa disimpulkan bahwa mikroplastik bisa berpotensi menjadi vector penyebaran penyakit yang dapat menginfeksi tubuh manusia.
Mikroplastik juga dapat mengganggu kesehatan ikan di perairan, Mikroplastik mengandung Bisphenol A dan ftalat merupakan endocrine disruptor yang memiliki aktifitas androgenik, senyawa BPA memiliki aktifitas estrogen sehingga jika masuk kedalam tubuh dapat meniru hormon estrogen. Senyawa BPA dapat menurunkan kadar hormon testosteron plasma dan testis, LH plasma, dan juga menyebabkan morfologi abnomal seperti penurunan jumlah sel Leydig pada biota jantan. Berdasarkan penelitian Carl dari Institute for Genomic tahun 2021, menyebutkan bahwa kedua senyawa tersebut cenderung membuat ikan ataupun makhluk hidup lainnya menjadi feminim. Selain itu, senyawa BPA dan ftalat dapat mendasari penyakit diabetes, kardiovaskuler, obesitas hingga gangguan perkembangan fungsi otak, respon imun dan kanker
”Melihat penyakit serius yang ditimbulkan dari pencemaran ini, timbul rasa khawatir bagi kesehatan masyarakat sekitar Kali Pelayaran dan Kabupaten Sidoarjo secara luas. Hal ini harus segera ditangani agar mikroplastik di Kali Pelayaran tidak semakin memburuk dan PT. Taman Tirta harus mengambil tindakan karena mengolah air yang terbukti banyak mengandung mikroplastik” Ungkap Jamrud Peneliti Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya.
Rekomendasi Pekerjaan/Program dalam Mencapai Tujuan Pemulihan Kali Pelayaran
Temuan mikroplastik mengancam kesehatan masyarakat sekitar Kali Pelayaran dan diindikasikan 2,3 juta penduduk Sidoarjo. Jamrud Irfan Maulana peneliti CAPYBRANTAS (KOMUNITAS PEDULI BRANTAS) meminta kepada pemerintah pusat dan daerah Kabupaten Sidoarjo untuk :
- Pertama, merencanakan program pengolahan sampah plastik dan pemberian fasilitas tempat sampah bagi warga sekitar Kali Pelayaran agar tidak membuang sampah di Sungai.
- 2. Kedua, membuat baku mutu atau nilai ambang batas mikroplastik di perairan sungai Indonesia.
- Ketiga, pemerintah pusat melalui Balai Besar Wilayah Sungai Brantas Kementrian PUPR harus segera merombak dan melakukan penyidikan serta penegakan hukum terhadap pelanggaran pemanfaat irigasi Kali Pelayaran.
CP : 0895 3972 75450 (Jamrud Irfan Maulana)