Bulukumba (20/9) – Setiap tempat adalah sekolah, setiap orang adalah adalah guru. Begitulah prinsip sebuah kegiatan pembelajaran yang di lakukan oleh sekolah di hulu sungai Balantieng ini. Sekolah tidak terbatas dalam sebuah bangunan yang dikelilingi dinding beton. Sekolah bisa dilakukan dimana saja, di hutan, di sungai, di kebun, di pasar, di pantai, bahkan di danau, anak-anak bisa memanfaatkan alam sebagai fasilitas belajar.
Terletak di Desa Kahayya, SMPN 13 Satap Bulukumba sangatlah dekat dengan alam. Apalagi berlokasi di lembah yang dikelilingi gunung Lompobattang dan gunung Bawakaraeng yang diberkahi keragaman tanaman dan satwa yang beragam. Melatarbelakangi SMPN Satap 13 Bulukumba membangun pembelajaran yang kontekstual. Mendekatkan dan Membangun erat siswa dengan kondisi di lingkungan yang ada di Desanya.
Dari situlah akhirnya SMPN Satap 13 Bulukumba menjadikan Danau Lurayya yang berada di desa kahaya sebagai laboratorium alam untuk pembelajaran siswa. Jaraknya sekitar 500 meter dari sekolah sehingga memudahkan akses para siswa untuk menuju lokasi laboratorium alam. Di Danau Lurayya, ada mata air yang mengalir ke Sungai Balantieng, terdapat ikan Sidat, ragam tanaman serta burung. Maka di sinilah pembelajaran IPA dan sejarah diberikan kepada para siswa.
Sulkifli guru IPA SMPN Satap 13 Bulukumba mengungkapkan “Kami di SMPN Satap 13 Kahayya sedang mengembangkan pembelajaran yang bersinggungan langsung dengan alam. Pembelajaran IPA memang sangat asyik jika dilakukan langsung di alam. Kondisi danau lurayya yang menyimpan banyak ilmu pengetahuan membuat para siswa tidak merasa jenuh dan mereka dapat menyadari bahwa pelajaran di sekolah bisa diterapkan langsung oleh mereka. Selain itu, pembelajaran ini juga menumbuhkan kebanggaan mereka terhadap tempat tinggal mereka yang sangat alami lingkungannya dan harus dijaga bersama” tambah Sulkifli.
Sulkifli menambahkan bahwa sebelumnya telah dilakukan pembelajaran pemantauan kualitas air di Danau Lurayya pada kegiatan biomonitoring atau pengamatan serangga air yang ditemukan sekitar 12 jenis serangga air masuk dalam kategori sungai sehat.
Pada pembelajaran berikutnya yang dilakukan hari Jumat (20/9/2024) para siswa melakukan pembelajaran tentang cara menghitung debit air yang mengalir ke Danau Lurayya. Kegiatan ini hanya berbekal penggaris, stopwatch dari hp dan sterofoam sebagai benda yang digerakkan di atas aliran air. Kemudian para siswa mengukur kedalaman aliran airnya dan kecepatan sterofoam yang dihanyutkan ke dalam aliran air. Hasilnya dari pengukuran yang di lakukan siswa di dapatkan debit air yang keluar Dar mata air lurayya sebesar 1.4 m3/detik. Tambah sulkifli
Daniel siswa kelas 9 SMPN Satap 13 Bulukumba mengatalan cukup senang belajar ke danau Lurayya. “Ternyata benar-benar asyik karena bisa praktek dan mengamati langsung”.
Daniel menambahkan jika banyak sekali yang dapat di pelajari terutama pada mata pada pelajaran IPA di sana. Karena danau Lurayya adalah ruang belajar bagi kami, maka akan kami jaga kelestariannya. Sebelum memulai pembelajaran kami melakukan pengambilan sampah di sekitar danau” tutup Daniel.
Firly Mas’ulatul Janah peneliti yayasan Ecoton yang mendampingi dalam kegiatan mengatakan jika memanfaatkan alam untuk fasilitas belajar merupakan proses merdeka belajar yang harusnya bisa di masukkan dalam kurikulum sekolah serta bisa di lakukan oleh semua sekolah di kabupaten Bulukumba.
Dengan memanfaatkan alam di sekitar sekolah di harapkan sekolah bisa menjadi bagian dari solusi terhadap masalah yang ada di sekitar sekolah. Keterlibatan sekolah dalam memanfaatkan ruang seperti danau lurayya merupakan langkah yang bagus untuk menjaga danau lurayya dari kerusakan maupaun sampah yang di hasilkan masyarakat yang berkunjung ke danau lurayya tutup Firly. (*)