Press Release : Rekomendasi Pemulihan Sungai Musi Dari Pencemaran Mikroplastik

6 Polimer Mikroplastik Sungai Musi Ancam Kesehatan Warga Palembang

Mikroplastik di Sungai Musi bisa dipastikan salah-satunya berasal dari sampah-sampah plastik yang terdampar di tepian sungai Musi.” Hasil susur sungai Musi yang dilakukan oleh ESN dan APM pada Minggu 24 Juli 2022 menemukan sepanjang pantai Musi dari jembatan Ampera hingga pemukiman di Al Munawar ditemukan sampah plastik menumpuk di tepi sungai terutama di bawah jembata Ampera di depan pasar 16 atau pasar 10” Aldo Carnegie, lebih lanjut Koordinator Aliansi Peduli Musi menjelaskan bahwa sampah-sampah plastik yang menumpuk di tepi sungai lambat laut akan terfragmentasi (terpecah-pecah menjadi material plastik kecil yang disebut mikroplastik).  Setelah susur sungai Musi, APM dan ESN menemukan 5 Faktor pendorong timbunan sampah plastik di Sungai Musi

  1. Jangkauan layanan sampah oleh Pemkot Palembang yang terbatas sehingga sebagian besar masyarakat yang tinggal di tepi sungai Musi tidak punya akses pelayanan membuang sampahnya ke Badan air sungai Musi
  2. Minimnya tempat sampah sementara yang ada di Pasar-pasar dan di kelurahan
  3. Tidak adanya upaya penegakan hukum (patroli sungai) bagi pelaku pembuang sampah ke sungai sehingga masyarakat bebas membuang sampahnya ke sungai
  4. Rendahnya kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk memelihara Sungai Musi
  5. Masif dan tidak terkontrolnya penggunaan plastik sekali pakai

Sebelumnya Temuan Peneliti Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) bersama dengan Aliansi Peduli Musi (APM) menunjukkan kontaminasi mikroplastik dalam ikan-ikan yang hidup di Sungai Musi. , 3 ikan yang dianalisis kandungan lambungnya adalah jenis kan Seluang (Rasbora daniconius), ikan Lampam (Barbonymus schwanenfeldii) ikan sapil atau Tembakan (Helostoma temminkii), sampel ikan diambil dari pasar ikan di Bawah Jembatan Siak 2 pada Minggu (17 Juli 2022) dari hasil analisis mikroplastik dalam lambung yang dilakukan di Laboratorium Mikroplastik Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (ECOTON) di Gresik menunjukkan bahwa ketiga ikan sungai Musi ini telah terkontaminasi Mikroplastik dengan masing-masing jenis mengandung 5 partikel mikroplastik(PM)/ ekor Ikan Seluang, 7 PM/ekor ikan Sapil dan 10 PM/ekor ikan Lampang. Jenis mikroplastik yang ditemukan adalah fiber atau benang/serat, filament, fragmen dan granula.

Keberadaan Mikroplastik di ekosistem sungai Musi telah diteliti sejak 2018, dimulai dengan penelitian identifikasi mikroplastik di Sedimen, tahun 2019 ada penelitian Epan Sugandi yang menganalisis jenis Mikroplastik di air sungai Musi. Penelitian terus berkembang hingga pada tahun 2022 yang menemukan mikroplastik dalam tubuh ikan.

Mikroplastik adalah serpihan atau remah-remah plastik hasil proses pemecahan dari plastik benda-benda yang dibuat dari bahan plastik seperti tas asoy atau tas kresek, sedotan, botol plastik, pembungkus atau wrapping, popok, sachet, peralatan rumah tangga dan pembungkus makanan. Mikroplastik berukuran lebih kecil dari ½ sentimeter atau 5 mm, untuk mengamatinya dibutuhkan mikroskop. Dalam proses pembuatan wadah plastik atau pembungkus dibutuhkan lebih dari 10.000 senyawa sintetis seperti pelentur, pengeras plastik, anti minyak, pewarna, senyawa penahan api. Senyawa-senyawa inilah yang menimbulkan efek bahaya bagi lingkungan dan terutama untuk kesehatan manusia.

Senyawa tambahan seperti phtalat untuk membuat plastik jenis PET yang lentur seperti plastik bening untuk wadah sup atau cuko dan Botol Plastik, Bhispenil A untuk mengeraskan plastik jenis HDPE  sehingga bisa digunakan sebagai botol sampho  termasuk dalam kategori senyawa pengganggu hormon atau SPH, sehingga saat plastik terpecah-pecah menjadi material kecil dibawah 5 mm atau yang disebut mikroplastik maka senyawa SPH juga akan terlarut didalam media lingkungan dan masuk kedalam rantai makanan” Ujar Eka Chlara Budiarti, Lebih lanjut alumni kepala Laboratorium Mikroplastik ECOTON ini menjelaskan bahwa bahan tambahan dalam produk plastik akan masuk kedalam tubuh manusia melalui air, udara dan ikan yang dikonsumsi oleh manusia, bahkan Penelitian terbaru 22 Maret 2022 di Belanda menunjukkan bahwa mikroplastik telah masuk kedalam darah manusia. Pada tahun 2018 ECOTON meneliti dan menemukan 103 sampel kotoran manusia yang tinggal di tepi sungai di Pulau jawa 100% mengandung Mikroplastik.

Polimer Plastik Sungai Musi

Hasil penelitian Mikroplastik di Sungai Musi menemukan adanya 5 jenis mikroplastik yaitu film/filament atau lembaran, fiber/serat atau benang-benag, granula, fragmen atau cuilan plastik, dan foam atau busa. Jenis yang paling banyak ditemukan adalah mikroplastik Fiber atau benang-benang yang berasal dari tekstil, disebagian besar perairan sungai yang dihuni padat penduduk jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan adalah jenis benang atau fiber yang berasal dari limbah cair sisa mencuci pakaian atau laundry. Terdapat 6 Jenis Polimer yang dijumpai yaitu : Polypropilen (PP), Polyethilen (PET), Polyester, Polivinil klorida (PVC), Nilon, Low Density Polyethilen (LDPE) (Lampiran Penelitian Mikroplastik tahun 2018).

Ancaman Kesehatan

Mikroplastik yang ada di sungai Musi akan membawa dampak pada kesehatan manusia karena polimer mikroplastik seperti Polypropilen (PP), Polyethilen (PET), Polyester, Polivinil klorida (PVC), Nilon, Low Density Polyethilen (LDPE) termasuk dalam kategori Endocrine disruption chemicals atau senyawa pengganggu hormone maka dampaknya adalah terjadinya gangguan atau bahkan kerusakan hormone apabila mikroplastik masuk kedalam system metabolism tubuh manusia. Bahkan dari penelitian pada tahun 2020 ditemukan fakta bahwa mikroplastik di Sungai Musi menyerap/mengikat logam berat dalam air seperti Cu dan Pb. “ mikroplastik dapat mengikat logam berat dalam air, di Sungai Musi terdapat beragam jenis berat berbahaya seperti Merkuri, tembaga, Besi, cadmium dan Mangan. Temuan riset 2020 menunjukkan bahwa mikroplastik sungai Musi mengikat logam Cu dan Pb di air” ungkap Eka Chlara Budiarti, Alumnus Kimia Universitas Diponegoro Semarang ini menjelaskan jika terdapat banyak mikroplastik dalam sebuah perairan yang tercemar logam berat maka akan menimbulkan double efek karena mikroplastik akan menyerap logam berat dan kemudian pindah ke tubuh ikan lalu ke tubuh manusia maka tubuh manusia akan menerima efek bahaya mikroplastik sekaligus logam berat yang menempel di mikroplastik.

Jenis-jenis polimer yang ditemukan di Sungai Musi mengancam kesehatan manusia apalagi air sungai Musi digunakan untuk bahan baku air minum. “dengan ditemukannya 6 jenis polimer mikroplastik di sungai Musi akan menjadi masalah serius karena air sungai digunakan sebagai bahan baku air minum dan habitat bagi beragam jenis ikan, apalagi sudah ditemukan mikroplastik dalam tubuh ikan yang menjadi konsumsi bagi masyarakat Palembang,” Ungkap Asmaran Dani, lebih lanjut aktivis Spora Institut Palembang ini mendorong upaya-upaya stakeholder Sungai Musi untuk mengambil peran memulihkan ekosistem Sungai Musi dari pencemaran Mikroplastik.

Berikut daftar polimer yang sudah diketahui masuk dalam tubuh manusia dan efeknya pada kesehatan.

Rekomendasi APM dan ESN kepada Pengelola Sungai Musi (BBWS VIII Musi, Gubernur Sumatera Selatan dan Pemerintah Kota Palembang) :

  1. Mendorong dilakukannya kajian dampak mikroplastik dan logam berat pada ekosistem Musi (air, ikan, sedimen dan dalam tubuh masyarakat Palembang)
  2. Mengendalikan pencemaran mikroplastik di Sungai Musi dengan menghentikan sumber-sumber mikroplastik dari Limbah cair domestic, sampah plastik dan limbah cair industri
  3. Menyediakan sarana infrastruktur pengolahan sampah dan meningkatkan layanan sampah, salah satunya dengan menyediakan Perahu/kapal pengangkut sampah pada tiap kelurahan yang dilewati Sungai Musi, menyediakan sarana TPST 3R ditiap kelurahan
  4. Membuat dan menegakkan regulasi pengurangan plastik sekali pakai (tas asoy, sedotan, Styrofoam, popok bayi dan pembalut wanita, botol plastik sekali pakai dan packaging plastik sekali pakai)

Related Posts

Leave a Reply

About Us

Ecoton (Ecological Observation and Wetlands Conservation) is a foundation focused on the conservation of river ecosystems and wetlands in Indonesia. We conduct scientific research, environmental education, and awareness campaigns to improve water quality and protect biodiversity.

Recent Articles

Temui Wamen Lingkungan Hidup, Nina Minta Monitoring Pabrik Daur Ulang Kertas Impor
November 26, 2024
Menyelamatkan Bayi Indonesia dari Ancaman Racun Mikroplastik
November 26, 2024
Hari Anak Sedunia, ECOTON Bersama Forum Anak Gresik Datangi Ketua DPRD Kabupaten Gresik
November 21, 2024