Ecoton.or.id – Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang bersama Komunitas Kelompok Pelindung Hutan KEPUH Desa Panglungan Jombang mengajak komunitas hulu sungai brantas menjaga hutan mata air dan menngurangi plastik sekali pakai Minuggu pukul 09.00 WIB (5/6/2022).
Acara tersebut dihadiri oleh 50 orang peserta perwakilan komunitas peduli lingkungan dan budaya di wilayah Jombang dan instansi pemerintah mulai dari Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Timur, Kepala Desa Panglungan, Polisi Air Pelajar SMPN 1 Wonosalam dan Madrasah Aliyah Faser.
Peserta melakukan penanaman pohon alpukat, kelengkeng dan manggis di kawasan hutan konservasi yang menjadi habitat burung rangkong yang merupakan species langka dan dilindungi.
“Kesadaran lingkungan masyarakat semakin meningkat jadi kita optimis lingkungan hutan kita akan semakin terjaga dari kerusakan karena semua masyarakan aktif memantau dan melindungi pohon di area hutan dari penebangan liar, serta menjaga mata air dan sungai dari pencemaran” kata Lilik Purwati,ST,MM. Kepala Bidang Konservasi Lingkungan DLH Jombang.
Peneliti Schuyler Houser PhD dari TUDelft Belanda juga ikut hadir dalam acara ini. Schuyler sangat terkesan dengan semangat para peserta mengikuti acara memungut sampah di hutan sepanjang jalur menuju Air Terjun Selolapis.
“Saya suka melihat anak2 terlibat aktif dalam menjaga hutan, pelajar dan komunitas sangat antusias meski datang hari minggu. Ada banyak komunitas di hulu yg menjaga sumber air, perlu menguatkan keterampilan mrk utk menggunakan teknologi utk memetakan masalah konservasi hutan dan mendokumentasikan hasil pemantauan kualitas air dan biotilik secara digital. Komunitas pelindung hutan KEPUH yang merawat hutan juga sangat berperan penting menjaga mata air sungai brantas di Desa Panglungan” katanya. Schuyler juga mengatakan dirinya senang sekali melihat kerjasama yang sangat baik antara DLH jombang, Dinas Kehutanan Jawa Timur, Sekolah dan Komunitas berkolaborasi menjaga hutan dan berupaya mencegah pencemaran sungai.
“Hutan di hulu menjadi sumber air yang tak pernah habis jika hutannya tetap terjaga dan ditumbuhi beragam jenis pohon yang menyerap air dan mencegah erosi lahan serta menjadi habitat yang nyaman bagi burung dan satwa liar” ujar Daru Setyorini saat memberikan paparan pada acara diskusi lingkungan.
“Aktivitas pengunjung di kawasan hutan mendiro perlu dibatasi dengan melarang pengunjung membawa produk plastik sekali pakai untuk mengendalikan timbulan sampah plastik yang dihasilkan agar tidak memcemari udara tanah dan sumber air dengan mikroplastik yang mengandung racun kimia penggangu hormon hingga memicu kanker. Pembakaran sampah plastik juga harus dilarang, selain dapat memicu kebakaran hutan juga akan melepas racun dioksin yang tidak bisa hilang atau terurai sehingga akan terus terakumulasi di lingkungan kita“, papar Daru kepada peserta.