Probolinggo (29/04) – Pondok Pesantren Nurul Jadid di Probolinggo secara resmi meluncurkan gerakan Zero Waste melalui pembentukan kelompok Duta Lingkungan yang terdiri dari 130 santri putri dan 30 santri putra. Gerakan ini diinisiasi oleh Biro Pekerjaan Umum dan Lingkungan Hidup (PULH) Bidang Kebersihan dan Lingkungan Hidup Pondok Pesantren Nurul Jadid bekerja sama dengan Ecoton Foundation, yang dilaksanakan di pantai Greenthink untuk santri putri dan di pantai Duta untuk santri putra.
“Kegiatan ini bertujuan menanamkan wawasan dan kepedulian lingkungan bagi kalangan santri. Pesantren tidak hanya membekali santri dengan kesadaran ekologis, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menjadi agen perubahan lingkungan di tengah masyarakat” ungkap Rifdi Muhammad Ketua Panitia kegiatan Pemilihan Duta Lingkungan Pesantren Nurul Jadid.

Pada kesempatan ini, Ecoton menyampaikan ancaman mikroplastik di lingkungan dan strategi kampanye efektif. Santri diberi pengetahuan yang mendalam tentang mikroplastik yang mengancam ekosistem alam termasuk sungai dan laut bahkan rantai makanan manusia.
“Mikroplastik adalah partikel plastik kecil yang berukuran kurang dari 5 mm. Partikel ini telah ditemukan di segala aspek kehidupan termasuk di tubuh manusia. Orang Indonesia termasuk salah satu yang paling banyak mengkonsumsi plastik, perbulannya sebanyak 15 gram. Ini harus ada gerakan pengurangan untuk mencegah plastik masuk ke tubuh manusia” ungkap Alaika Rahmatullah, peneliti Ecoton.

Sebagai bagian dari praktik lapangan, peserta menemukan 29 partikel mikroplastik dalam 10 liter air laut yang diambil di pantai Greenthink, dan 17 partikel dalam 10 liter air laut di pantai Duta. Hal ini menambah kesadaran akan dampak besar yang ditimbulkan oleh sampah plastik.
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan tersebut, para santri melaksanakan aksi bersih-bersih pantai yang diikuti oleh seluruh peserta. Dalam kegiatan ini, mereka berhasil mengumpulkan lebih dari 50 kg sampah bocor ke lingkungan, mayoritas terdiri dari plastik dan styrofoam yang berbahaya bagi ekosistem laut.

Ainiyah Ika Indrayani, salah satu anggota Duta Lingkungan, menambahkan, “Begitu sampai di pantai, kami langsung melihat tumpukan sampah plastik yang tersangkut di akar mangrove. Hal ini sangat mengganggu pemandangan dan tentunya berbahaya bagi ekosistem laut. Mikroplastik yang dimakan ikan akhirnya masuk ke rantai makanan kita, yang menjadi perhatian besar bagi kami.”
Kegiatan ini, dilanjutkan dengan pengukuhan duta lingkungan sebagai inisiatif mendukung gerakan zero waste dengan langkah-langkah praktis, seperti memilah sampah dari sumbernya dan upaya pengurangan sampah di lingkungan pesantren.
Sementara itu, Ny. Hj. Nur Diana Khalidah menyampaikan “duta lingkungan yang nantinya terbentuk harapannya dapat menjadi pelopor untuk menggerakkan santri-santri yang lain. Inisiatif, komunitas dan kolaborasi merupakan tiga pilar utama yang harus dimiliki seorang penggerak perubahan. Seorang pelopor adalah pembaharu. Maka tidak ada alasan untuk berhenti berbuat kebaikan dan memperluas jangkauan manfaatnya”. (*)