Menyelamatkan Bayi Indonesia dari Ancaman Racun Mikroplastik

Nina : Kami menginginkan perjanjian yang kuat untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dengan mengurangi produksi plastik, menghilangkan ancaman bahan kimia beracun di seluruh siklus hidup plastik

“Rahim Ibu Sudah Terkontaminasi Mikroplastik, Kini Tempat Paling Aman Bagi Manusia Sudah Terkontaminasi. Di mana lagi tempat yang aman bagi manusia?” Kata Aeshnina.

Pada Momen INC 5 di Busan, Aeshnina Azzahara Aqilani, Captain River Warrior Indonesia membawa 12 replika bayi yang ditempatkan dalam toples. Instalasi seni ini akan dipamerkan di stand Pameran Aliansi Zerowaste Indonesia Busan Exhibition and Convention Center (BEXCO) 2, Hall 321 – 322, 25 November hingga 1 Desember 2024. Replika toples bayi ini menggambarkan kondisi bayi yang terkontaminasi mikroplastik, tidak ada lagi tempat yang aman untuk bayi kotoran bayi dikaitkan dengan paparan lingkungan setelah lahir, seperti melalui ASI, susu formula, botol susu plastik, atau plastik

“Kami menginginkan perjanjian yang kuat untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dengan mengurangi produksi plastik, menghilangkan ancaman bahan kimia beracun di seluruh siklus hidup plastik, dan mengendalikan pelepasan dan emisi bahan kimia plastik beracun,” kata Nina.

Penelitian terbaru menemukan kehadiran mikroplastik dalam tubuh bayi, mulai dari plasenta hingga ASI. Adanya mikroplastik dalam tubuh manusia berasal dari konsumsi makanan dan minuman yang dibungkus kemasan plastik sekali pakai, udara yang terkontaminasi mikroplastik dan kontak kulit dari penggunaan produk perawatan diri yang mengandung mikroplastik (microbeads). Kondisi ini sangat mengkhawatirkan, mengingat 16.000 jenis bahan kimia penyusun plastik, termasuk senyawa beracun seperti Bisphenol A (BPA), ftalat, PCB, dan PBDE, terbukti berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Paparan bahan-bahan ini selama masa kehamilan dan awal kehidupan bayi dapat mengganggu pertumbuhan, perkembangan saraf, dan sistem reproduksi.

Mikroplastik dapat terserap di saluran pencernaan dengan mekanisme persorpsi paraseluler dan fagositosis, sehingga masuk ke dalam sirkulasi darah. Selanjutnya partikel mikroplastik yang diameternya <20 mikrometer akan terdistribusi ke organ sekunder, seperti otot, hati, ginjal, jantung, otak, ASI bahkan masuk kedalam plasenta janin. Mikroplastik yang mencapai plasenta berpotensi masuk ke cairan amnion, dan berpotensi masuk dalam tubuh janin.

Temuan Mengejutkan Mikroplastik pada Bayi

  1. Plasenta — Studi oleh Braun et al. (2021) mengidentifikasi berbagai jenis mikroplastik pada plasenta ibu hamil, dengan jenis PP sebesar 33%, PVC 26,67%, PET 16,67%, dan HDPE 10%. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa paparan mikroplastik pada plasenta meningkat dalam 15 tahun terakhir, dari 60% pada 2006 menjadi 100% pada 2021 (Weingrill et al., 2023). Kondisi ini sangat mengkhawatirkan, karena plasenta berfungsi vital sebagai penghubung antara ibu dan janin. Paparan mikroplastik dapat mengganggu keseimbangan hormon dan mengancam perkembangan organ bayi.
  2. Cairan Amnion — Cairan amnion atau ketuban, yang melindungi janin selama kehamilan, juga mengandung mikroplastik. Halfar et al. (2023) menemukan mikroplastik PET sebesar 72,72%, dengan dampak potensial berupa gangguan fungsi biologis yang dapat mengakibatkan kelahiran prematur dan risiko pertumbuhan janin yang terhambat.
  3. Mekonium Bayi (feses pertama yang dikeluarkan bayi) (Li et al., 2023)— Mikroplastik yang terdeteksi pada meconium, terdapat mikroplastik jenis Other 82,8% ; PET 4.17% ; PVC 2.2% . Hal ini menunjukkan adanya paparan mikroplastik pada janin selama kehamilan. Hal ini bisa berasal dari transfer mikroplastik melalui plasenta dari ibu ke janin, yang mengakibatkan potensi akumulasi mikroplastik di tubuh janin. Karena mekonium mulai terbentuk sejak 16 minggu kehamilan, adanya mikroplastik di mekonium mengindikasikan paparan yang terjadi selama perkembangan janin.
  4. Infant Feses Bayi (Li et al., 2023) : terdapat mikroplastik jenis other 76.32% ; PET 7.86%, Feses bayi yang mengandung mikroplastik berasal dari paparan lingkungan setelah kelahiran, seperti melalui konsumsi ASI, susu formula, penggunaan botol susu plastik, atau mainan plastik. Studi ini menemukan bahwa bayi yang sering menggunakan botol susu dan mengisap mainan plastik memiliki jumlah mikroplastik yang lebih tinggi di feses mereka.
  5. ASI (Asi Susu Ibu) — Penelitian Ragusa et al. (2022) melaporkan adanya kontaminasi mikroplastik pada ASI, termasuk PET (37,50%) dan PP (16,67%). Zat kimia pada mikroplastik dapat masuk melalui ASI, membawa risiko gangguan endokrin yang berdampak pada perkembangan neurokognitif bayi. Mikroplastik yang bersifat lipofilik dapat terikat pada komponen lemak dalam ASI, meningkatkan risiko terakumulasi dalam tubuh bayi. Artinya mikroplastik tidak hanya berada dalam ASI sebagai partikel bebas, tetapi juga bisa “tertanam” di dalam komponen lemak, yang pada akhirnya dikonsumsi oleh bayi.

Risiko Kesehatan yang Mengintai Bayi dan Anak

Mikroplastik mempunyai kemampuan untuk menyerap dan mengikat polutan berbahaya yang ada di sekitarnya . Mikroplastik serta senyawa kimia penyusunnya mempunyai kemampuan bioakumulasi  dan persistent yaitu menumpuk dalam jaringan organisme selama hidupnya, karena tubuh tidak mampu sepenuhnya mengeluarkan partikel ini. Serta mempunyai kemampuan biomagnifikasi yaitu mikroplastik dan senyawa kimianya berpindah dari satu organisme ke organisme lainnya dalam rantai makanan, sehingga konsentrasinya meningkat pada predator tingkat atas, termasuk manusia.

Paparan mikroplastik dan ribuan senyawa kimianya membawa risiko serius bagi bayi yang sedang berkembang. Yaitu menyebabkan inflamasi dan gangguan sistem imun, mikroplastik yang masuk ke tubuh dapat mengganggu perkembangan otak dan saraf bayi, meningkatkan risiko infeksi, serta memengaruhi kesehatan di masa depan.

Penelitian ini menyerukan perhatian serius dan tindakan tegas untuk membatasi penggunaan plastik sekali pakai serta meningkatkan standar keamanan bahan kemasan plastik yang digunakan sehari-hari. Upaya bersama dari pemerintah, industri, dan masyarakat luas sangat dibutuhkan untuk melindungi bayi dan generasi mendatang dari ancaman ini.

“Kami menginginkan perjanjian yang kuat untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dengan mengurangi produksi plastik, menghilangkan ancaman bahan kimia beracun di seluruh siklus hidup plastik, dan mengendalikan pelepasan dan emisi bahan kimia plastik beracun,” kata Nina.

 

DAFTAR PUSTAKA

Braun, T., Ehrlich, L., Henrich, W., Koeppel, S., Lomako, I., Schwabl, P., & Liebmann, B. (2021). Detection of microplastic in human placenta and meconium in a clinical setting. Pharmaceutics, 13(7), 921.

Ragusa, A., Svelato, A., Santacroce, C., et al. (2021). Plasticenta: First evidence of microplastics in human placenta. Environment International, 146, 106274. DOI: 10.1016/j.envint.2020.106274.

Halfar, J., Čabanová, K., Vávra, K., Delongová, P., Motyka, O., Špaček, R., … & Heviánková, S. (2023). Microplastics and additives in patients with preterm birth: The first evidence of their presence in both human amniotic fluid and placenta. Chemosphere343, 140301.

Liu, S., Guo, J., Liu, X., Yang, R., Wang, H., Sun, Y., … & Dong, R. (2023). Detection of various microplastics in placentas, meconium, infant feces, breastmilk and infant formula: A pilot prospective study. Science of The Total Environment854, 158699.

Related Posts

Leave a Reply

About Us

Ecoton (Ecological Observation and Wetlands Conservation) is a foundation focused on the conservation of river ecosystems and wetlands in Indonesia. We conduct scientific research, environmental education, and awareness campaigns to improve water quality and protect biodiversity.

Recent Articles

Temui Wamen Lingkungan Hidup, Nina Minta Monitoring Pabrik Daur Ulang Kertas Impor
November 26, 2024
Hari Anak Sedunia, ECOTON Bersama Forum Anak Gresik Datangi Ketua DPRD Kabupaten Gresik
November 21, 2024
Ecoton Visits BPOM in Jakarta, Requests Supervision and Curbing of Cosmetic Products Made with Microbeads
November 21, 2024